Selasa, 01 Mei 2012

Jual Benih Lele Sangkuriang (DEDEN KUMIS)


 
 Latar Belakang
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan
secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Pengembangan
usaha budidaya ikan ini semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke
Indonesia pada tahun 1985. Peningkatan tersebut dapat terjadi karena ikan lele dumbo
dapat dibudidayakan pada lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar yang
tinggi, modal usahanya relatif rendah karena dapat menggunakan sumber daya yang relatif
mudah didapatkan, teknologi budidayanya relatif mudah dikuasai masyarakat dan
pemasaran benih dan ukuran konsumsinya relatif mudah.
Perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung oleh kontrol yang baik
terhadap penggunaan induk telah mengakibatkan terjadinya perkawinan sekerabat

(inbreeding) yang tinggi. Perkawinan sekerabat ini telah menyebabkan terjadinya
ketidakstabilan perrtumbuhan ikan yang ditandai oleh adanya penurunan pertumbuhan
pada produksi pembenihan dan pembesaran. Hasil evaluasi fluktuasi asimetri terhadap
benih yang berasal dari Sleman, Tulung Agung dan Bogor menunjukkan telah terjadi
peningkatan ketidakstabilan pertumbuhan lele dumbo yang ditandai dengan tingginya
tingkat asimetri dan abnormalitas (Nurhidayat, 2000).  Sedangkan menurut Rustidja (1999),
pada awal masuk ke Indonesia, pembudidaya lele dapat menghasilkan ukuran konsumsi
hanya dalam waktu 70 hari dari ukuran benih 3-5 cm, namun dengan pola budidaya yang
sama, ukuran konsumsi baru dapat dicapai setelah pemeliharaan lebih dari 100 hari.
Untuk mendekatkan kembali mutu benih lele dumbo saat ini kepada mutu asalnya,
perlu dilakukan perbaikan-perbaikan pada proses produksi induk lele dumbo. Perbaikan
mutu lele dumbo dapat dilakukan dengan beberapa strategi, antara lain dengan cara
seleksi, hibridisasi,
silang-balik
, ginogenesis maupun transgenik (Rustidja, 1999).
Peningkatan mutu dengan silang-balik dilakukan pada lele dumbo, mengingat sebagai ikan
hibrida yang introduksi ke Indonesia, tanpa disertai dengan induk murninya, sehingga tidak
dapat dilakukan proses hibridisasi. Proses silang-balik dilakukan dengan cara
mengawinkan induk lele yang ada saat ini dengan tetuanya sehingga walaupun program ini
termasuk proses silang-dalam namun dapat mendekatkan kembali variasi genetik yang
dipunyai tetuanya.  Rustidja (1999) menyarankan untuk melakukan perkawinan induk saat
ini dengan generasi pertama hingga generasi ketiga.
Upaya perbaikan tersebut telah dilakukan di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi
sejak tahun 2000 dan telah menghasilkan lele SANGKURIANG yang memiliki pertumbuhan
yang lebih baik. Hasil perekayasaan ini menghasilkan
“Lele SANGKURIANG”
memiliki fekunditas dan pertumbuhan yang lebih tinggi serta
tingkat konversi pakan yang lebih rendah dibandingkan dengan lele SANGKURIANG yang
saat ini beredar di masyarakat.

 PEMILIHAN LOKASI
Budidaya lele SANGKURIANG bisa dilakukan pada ketinggian 1 m – 800 m dpl dan
tidak memerlukan persyaratan lokasi, baik tanah maupun air, yang spesifik.  Dengan
penggunaan teknologi yang memadai, terutama pengaturan suhu perairan, budidaya masih
tetap bisa dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian diatas 800 m dpl. Namun bila
budidaya dikembangkan dalam skala masal harus tetap memperhatikan tata ruang dan
lingkungan sosial sekitarnya.
Budidaya lele, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran, dapat dilakukan
pada kolam tanah, bak tembok atau bak plastik.  Kegiatan budidaya pada bak tembok dan
bak plastik dapat memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan marjinal.
Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumur (air permukaan atau sumur
dalam), ataupun air hujan yang sudah dikondisikan terlebih dulu.

Pendederan I dan Pendederan II
Benih ikan lele dapat dipelihara dalam bak plastik, bak tembok atau kolam
pendederan. Pakan yang diberikan berupa cacing
Tubifex
,
Daphnia
,
Moina
atau pakan
buatan dengan dosis 10 – 15% bobot biomass. Proses produksi pada kegiatan
pemeliharaan benih disajikan pada Tabel 2.
TEKNOLOGI PEMBESARAN
Pembesaran ikan lele SANGKURIANG dapat dilakukan dalam bak plastik, bak
tembok atau kolam tanah. Pakan yang diberikan pakan buatan dengan dosis 2 – 5% bobot


biomass. Proses produksi pada kegiatan pembesaran disajikan pada Tabel 3.
Tebar Benih lele sangkuriang 45hari mencapai panen yang ukuran 7-8cm, yang ukuran 6-7cm bisa panen 60hri,  ukuran5-6cm bisa panen 75hari,yang ukuran4-5 bsa panen 90hari, mngenai harga/ekor ukuran 4-5cm Rp125,ukuran5-6cm Rp150, ukura6-7cm Rp175, ukuran 7-8cm Rp200 lebh murah dari harga di bandung, setiap 1cm terhitung naik Rp25.

yang bermninat hubungi (085888288864) bp.Deden